16 Mei 2011
Rahayat juga ikut sibuk. Paling tidak sibuk memindahkan kanal televisi karena sudah bosan berhari – hari berita isinya hanya mengenai sang Dewi MD. Ada juga yang sibuk membuat joke – joke penyegar kepenatan seperti ini “Satu hal yang membuat polisi pusing adalah bahwa ternyata P**** MD merupakan hasil operasi suntik silikon yang uangnya dihasilkan dari kejahatannya membobol sistem Citibank. Kalau harta hasil kejahatan yang lain: ferari, mercedez, hammer, Polisi dengan gampang menyitanya, tapi bagaimana menyita silikon itu ? Dan orang – orang yang ikut menikmati ….dst”, tidak perlu diteruskan di sini. Kelihatannya kita semua orang yang mampu mengakses segala teknologi informasi di genggaman sudah membacanya. Kemudian semuo orang sibuk menyebarkan joke – joke seperti itu ke teman – temannya, ke group – group yang diikutinya, ata sekedar menunjukkan joke di genggamannya di sela – sela rapat atau bergunjing.
Orang kebanyakan atau orang yang belum mampu J – seperti saya – akan “dheleg – dheleg”, heran tertegun untuk apa mobil mewah sebanyak itu? Apartemen di beberapa lokasi ? Kapan menikmatinya ? Bisakah semua dinikmati/digunakan? Apa hanya untuk dilihat dan diperlihatkan saja ? Oh kok ya sangat naif. Tapi ya begitulah, orang kampung saya mengatakan “namanya juga orang banyak, ya macam – macam”. Allah menciptakan banyak manusia, yang masing – masing diberi kebebasan berperilaku dan bersikap. Jadi MD memang bukan orang kebanyakan, dan tentu saja tidak bisa ukuran bagi masing – masing kita digunakan untuk mengukur MD.
Mengapa MD sampai nekat berbuat begitu ? Jawabannya hanya satu, gemerlap kemewahan duniawi telah menjadi obsesi utamanya. Entah ada gangguan kejiwaan atau tidak, tubuh yang molek, kendaraan mewah, tempat tinggal mentereng, telah menyilaukan dirinya. Pada awal berbuat (tiga tahun lalu ?), pasti merasa was – was akan akibatnya. Tetapi ketika operasi pertama sukses, operasi ke dua menjadi lebih mudah, dan operasi – operasi berikutnya semakin mudah dan dia semakin menikmatinya. Di sinilah berlaku kalau manusia melupakan Tuhan, Tuhan akan semakin melupakannya dari dirinya sendiri. Dia jadi lupa bahwa suatu saat semua akan berakhir dan pasti berlaku “siapa yang menanam akan menuai, siapa yang menjahit dia akan mengenakan”.
Sudah kodrat bahwa kemewahan dan keistimewaan menjadi obsesi semua manusia. Meksi dengan tingkat obsesi yang berbeda – beda, semua orang berusaha memenuhi obsesi itu. Banyak di antara kita tidak mempedulikan akibat dari perbuatan pememunuhan obsesi itu. MD, Khadafi, G Buss, Hitler, lebih mundur lagi Firaun dst.
Dalam kisah pewayangan Mahabarata pelajaran seperti itupun ada. Adalah Dewi Madrim (MD) istri kedua Pandu Dewayana. Raja agung Kerajaan Hastina Pura. Sebagai seorang satria raja, dunia mengakui kehebatan Pandu baik dalam kesaktian dalam peperangan maupun dalam pranata kerajaan. Pandu menjadi contoh yang jadi perbincangan dunia akan keahliannya dalam dua hal itu. Dari kebaikan budi dan kesaktiannya, Pandu selalu menjadi pilihan Dewata untuk menjadi utusan dan jago manakala Kahyawangan kedatangan musuh. Karena kepandaiannya mengatur negara, kerajaan Hastina menjadi kiblat kerajaan – kerajaan lain dalam pengaturan. Selalu diceritakan bahwa Hastina adalah negara subur makmur, sejahatera, tata titi tentrem, tidak kekurangan apapun untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Tetapi orang pandai bisa salah, orang benar bisa lalai. Itulah Pandu. Karena cinta dan sayangya kepada DM istrinya yang cantik itu, Pandu bersedia melanggar aturan dan menerabas larangan yang sudah digariskan. Ketika DM mengandung anaknya, DM mempunyai keinginan yang tidak biasa yaitu ingin menaiki punggung Lembu Andini. Lembu Andini ini di jagad raya hanya ada satu. Dia adalah tunggangan Bathara Guru, pemimpina para dewa di Kahyangan Suralaya. Hanya Bathara Guru yang diijinkan menungganginya, bahkan istria Bathara Guru pun tidak diperkenankan, jika tidak ingin terkena bebendu.
Pandu tidak kuasa menolak keinginan DM, berangkatlah dia ke Kahyangan Jonggring Saelaka untuk meminta ijin Bathara Guru. Tentu saja permintaan ini ditolak oleh Sang Dewa, juga sudah diingatkan bahwa Tuhan sudah pernah menghukum makhluk yang melanggar aturan ini. Dewi Uma, istri Bethara Guru dahulunya- juga nekat memaksa Bathara Guru untuk bersama menaiki punggung Lembu Andini. Akibat kelukuannya ini Dewi Uma dikutuk menjadi Bethari Durga dan beranak Bethara Kala yang keberadaanya selalu menimbulkan mala petaka di mana – mana. Pandu bergeming demi sayang (atau takutnya?) kepada istri tercinta dia lupa diri, menyombongkan diri, dan bersumpah “Yang Mulia Bethara Guru, tidak lumrah Raja Agung seperti saya yang sudah kondang di seluruh jagad tidak mampu memenuhi keinginan istri. Maka ijinkanlah saya meminjam Lembu Andini meski hanya sekelebat kilat menyambar. Sebagai gantinya, nanti saat saya meninggal saya bersedia menghuni Neraka Yomani, asalkan sekarang saya diijinkan meminjam Lembu Andini”.
Terlaksana Pandu bersama Dewi Madri menikmati kemewahan dan keistmimewaan sesaat. Di Mayapada, hanya mereka berdua jalma lumrah yang mendapatkan kesempatan untuk menikmati kemewaan yang teramat istimewa itu. Namun karena perilaku sembrononya itu, konon terlaksana sumpah Pandu. Tidak lama setelah mereka berdua menikmati keistimewaan itu, merek berdua “dibanjut” oleh Yang Maha Wenang. Mereka berdua tidak berumur panjang, mati moksa berdua sesaat setelah lahirnya Si Kembar Nakula Sadewa. Pandu meninggalkan anak – anak yang masih kecil dengan istri pertama Kunthi Nalibrata. Kehidupan janda Kunthi dan anak – anaknya selalu penuh penderitaan. Pandu dan Madrim menghunin Neraka Yomani setelah ajalnya. Beruntung mereka meninggalkan anak – anak sholeh yang mampu mengangkat derajat mereka. Dan puncaknya karena laku tapa brata dan doa khusuk Bima Sena – anak Pandu yang kedua, mereka dientaskan dari Neraka Yomani.
Kita lihat dan tunggu bagaimana akhir dari MD, setelah menikmati keistimewaan dan kemewahan yang kelihatannya menjadi idam – idamannya itu.