17 Mei 2011
pengacau kahyangan jonggring saloko Patih Sekipu dan
Raja Kalapracona dari Kerajaan Trabulasuket, Si Jabang
Putut Tetuka resmi berubah nama menjadi Gatutkaca. ***
“Ngger cah bagus…putra si jabang bungkus (Ayah Gatutkaca, Bima terlahir masih terbungkus)ojo adoh
piring seko sendoke, ojo adoh genthong seko
siwure…”wejang Ki Semar. “Romo ki yok uopooooo …lagi mewejang apa…lagi laper plus haus…ko ngomongi piring , sendok, dan perkakas dapur… “sambil nyekekrek terkekeh-kekeh Si Bungsu Bagong Nyela wejangan Romonya. Sambil nyengkemos mulut Bagong, Si Sulung Gareng
yang selalu sok intelektual menjelaskan “ojo adoh piring seko sendoke, ojo adoh genthong seko siwure … maksudnya jangan sampai Ndoro Gatutkaca jauh
berguru pekerti dan salah ngelmu upakarti karena
Paman-pamanya/Pandawa dan kita sendiri sudah
merupakan makanan lezat untuk mengenyangkan jiwa
yang lapar akan pekerti …dan untuk sukma yang haus akan ilmu kehidupan… ga koyo koe Gong …meneng- meneng tapi Badogaaaann…ae…sing dipikiriiii….”sambil cengengesan Gareng langsung lari.
Gatutkaca, melewati perjuangan panjang dan berat
mengalahkan seribu kesatria pilih tanding, demi menikahi
Si Bibir Ranum bak bibirnya Arumi Bachsiin yaitu Dewi
Pregiwa yang tak lain sepupunya sendiri anak dari
Pamanya Arjuna, dan harus mengalahkan saingin
terberatnya Raden Laksmana Mandrakumara yang pun terhitung masih saudara, karena Laksmana anak
Pakdenya Prabu Jokopitono alias Duryudana atau
Dursasana. Dari pernikahan ini Gareng, Petruk, dan Bagong, bisa
menimang Ndoro Muda lagi bernama Sasikirana. ***
Gatutkaca Dadi Raja Eng Pringgodani Begini kisahnya.(*) Kala itu tampuk Kerajaan Pringgadhani di pegang oleh
Sang Ibunda Arimbi, setelah sebelumnya saudaranya
Arimba mati ditangan Bima, saat Bima menginvasi
Pringgadhani, akhirnya memperistri Arimbi. Setelah Gatutkaca dewasa akhirnya Gatutkaca diangkat
sebagai Raja di Negeri Raksasa Pringgadani, Terkecuali
Brajadenta, kesemua Pakde & Paklik-nya Brajamusti,
Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana semua
sangat menyayangi Gatutkaca, dan Kalabendanalah
yang paling Gatutkaca sayangi, meskipun Paklik Raksasanya ini berbentuk bulet , kerdil, tapi hatinya
mulia, dan polos.
Pakde Brajadenta yang kena hasut Sengkuni akhirnya
Mbalelo hendak merebut takhta kerajaan yang baru saja
diberikan kepada keponakanya, karena menurut
Sengkuni sebenarnya takhta itu sudah menjadi hak
Brajadenta, untung saat baru mencak-mencak didepan
kesatrian, Brajamusti yang berpihak ke Gatotkaca menghadangnya, setelah dua saudara kembar ini
bertarung keduanya tewas, dan Roh mereka menyusup
ke tangan kanan dan kiri keponakan mereka, yowiss
Gatotkaca semakin sakti karena tanganya kadunungan
Aji Brajamusti dan Aji Massaid ….ealah…Aji Brajadenta. ***
Matinya Sang Kesatria Muda. Inilah asal muasal mala kecil yang akhirnya mengakhiri
nyawa Gatotkaca. Kencrang-kencreng, prangas-pringis, Abimanyu Kesatria
dari Keraton Ndwarawati Putra Arjuna, nampak gembira
karena cita-citanya segera Come Thrue , setelah Batara
Kresna merestuinya untuk menikahi Eyangnya Utari. Seperti biasa kemana Abimanyu memijak bumi, diawang-
awang mabur gebyar-gebyar Si Empunya Kotang
Antrakesuma,tapi kali ini Gatotkaca membawa Pakliknya
Kalabendana, dalam rangka mengawal sepupu
kesayanganya. Konon, Abimanyu pemilik Wahyu Widayat punya
pasangan Wahyu Cakraningrat, Nah …kebetulan pemilik pasanganya adalah eyangnya sendiri Dewi Utari, dan
mereka berdualah yang ketempelan tanggung jawab
menurunkan Raja-Raja nusantara dengan perkawinan.
Pucuk dicanta ulam pun tiba, Eyang utari mau
memberikan Nyooohh…semuanya untuk Abimanyu, asalkan Abimanyu masih Single, Karena melihat
kecantikan dan betapa damainya tenggelam dalam
tatapan Utari nan temaram bak senja nan hampir
tenggelam dibalik bukit indrakila. “Saya masih single ko Eyang …Suuuueeerrr dechh…” jawab Abimanyu daripada gagal akan tanggung
jawabnya melahirkan Raja-raja Nuswantoro. “Kalo saya bo’ong biarin dech…saya Tatu Arang Krancang saat di Palagan Besar Barathayudha nanti, tubuh saya
tertancap jutaan anak panah kurawa sehingga bak
landak….” “Goorrrrooohhh……Nggedebuuuss…”Kalabendana membantah dengan kepolosanya, seantero Negeri pun
tau kalo Anggito Abimanyu sudah beristri Siti Sundari. Dengan maksud cuma mau wanti-wanti namun ya sudah
terlambat, Gatotkaca menepuk pipi Pakliknya yang
refleks Nyletuk, Malang tak dapat ditolak untung, tak
dapat diraih, tangan Gatotkaca yang sudah kadunungan
Aji Brajamusti dan Brajalamadan mengakhiri hidup
Pakliknya sendiri Kalabendana. Dan, benarlah pada saat di Palagan Kurukhsetra tatkala
perang saudara berlangsung Abimanyu mati dikeroyok
Kurawa dan badanya ditancepi panah percis landak.
Gatotkaca terbang, Gebyar-Gebyar sinar cosmic alami
memancar, cahaya terang benderang dari Kotang
Antrakesumanya, dia meraup sebanyak mungkin
prajurit kurawa lalu dibawa terbang setinggi-tingginya
lalu dihempaskan kebumi, hampir habis semua Pasukan
kurawa kini berhadapanlah Gatotkaca dengan Karna pemilik Kontawijaya. Gatotkaca terbang setingga mungkin, dan menciptakan
seribu kembaranya, untuk mengelabuhi Karna, tapi
dengan petunjuk Batara Surya Karna berhasil
menemukan Gatotkaca Asli dan terlepaslah kontawijaya
dari busurnya….wuuuuussssshhhh….. Kontawijaya yang sudah mleset disambut Arwah
Kalabenda, seraya menyampaikan pesan dari kayangan
bahwa ajal keponakanya sudah sampai, Kalabendana
menghujamkan Kontawijaya tepat didada Gatotkaca
yang didalamnya tertanam sarung dari Kontawijaya. Gatotkaca menerima kematianya dengan syarat
jasadnya harus jatuh menimpa sisa Pasukan Kurawa dan
Karna Sendiri, Benarlah Jasad Sang Raksasa Kesatria
Pringgadani meluncur dari langit menimpa pasukan
Kurawa dan kereta Karna pun hancur mawurahan, Karna
berhasil melompat keluar perca-perca keretanya menghambur, menyebar menancap pada semua Prajurit
Korawa. Gugurlah Kesatria Muda Prabu Bimasutha Alias
Gatotkacha…Yang Punya Pringgadhani.